Deepfake adalah teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) yang memungkinkan manipulasi gambar dan video dengan hasil yang tampak sangat nyata. Melalui deepfake, wajah atau suara seseorang dapat disalin dan diterapkan pada wajah atau suara orang lain di dalam video atau film. Dalam industri film, teknologi deepfake menawarkan berbagai peluang kreatif baru, seperti menghidupkan kembali karakter atau aktor yang sudah meninggal atau membuat adegan ulang dengan aktor yang terlihat lebih muda. Namun, selain manfaat kreatifnya, deepfake juga membawa tantangan etika dan keamanan yang perlu diwaspadai.
Bagaimana Teknologi Deepfake Bekerja?
Teknologi deepfake bekerja dengan memanfaatkan jaringan saraf tiruan, khususnya generative adversarial networks (GANs). GAN adalah teknik pembelajaran mesin di mana dua model AI dilatih bersamaan: satu model menciptakan gambar atau video palsu, dan yang lainnya mencoba membedakan antara gambar asli dan yang palsu. Proses ini berlanjut sampai model penghasil deepfake menghasilkan gambar atau video yang begitu realistis hingga sulit dibedakan dari aslinya.
Pada pembuatan film, langkah-langkah penggunaan teknologi deepfake umumnya melibatkan:
- Pengumpulan Data Wajah Aktor: Banyak gambar atau klip video dari aktor asli dikumpulkan untuk melatih model AI dalam memahami ekspresi, gerakan, dan karakteristik wajah mereka.
- Pelatihan Model: Model dilatih dengan data wajah ini untuk dapat meniru ekspresi dan pergerakan wajah aktor dengan akurasi tinggi.
- Penerapan pada Wajah Aktor Baru: Setelah model siap, wajah aktor asli diterapkan pada wajah aktor pengganti atau digital double dalam film, menciptakan ilusi yang terlihat realistis.
Manfaat Deepfake dalam Industri Film
- Menghidupkan Kembali Karakter Aktor yang Telah Meninggal
- Teknologi deepfake memungkinkan aktor yang telah meninggal tetap muncul dalam film atau serial baru dengan menggunakan model AI yang dibangun dari data wajah mereka. Contoh populer adalah penggunaan CGI untuk Paul Walker dalam “Fast and Furious 7” setelah aktor tersebut meninggal.
- Selain itu, deepfake bisa menghidupkan kembali tokoh sejarah dengan realistis, memungkinkan pemirsa merasa lebih dekat dengan tokoh tersebut.
- Menciptakan Efek Pemuda atau Usia Lebih Tua dengan Cepat
- Teknologi deepfake memungkinkan transformasi usia aktor tanpa menggunakan teknik makeup yang memakan waktu. Dalam film The Irishman, teknologi CGI dan AI digunakan untuk membuat aktor Robert De Niro, Al Pacino, dan Joe Pesci terlihat lebih muda atau lebih tua di berbagai bagian cerita.
- Dengan deepfake, efek semacam ini bisa dilakukan dengan lebih cepat dan biaya yang lebih rendah, serta hasil yang seringkali lebih halus.
- Menghemat Biaya Produksi
- Dengan deepfake, produksi film bisa mengurangi biaya untuk efek khusus dan makeup. Misalnya, adegan berbahaya yang biasanya membutuhkan pemeran pengganti bisa direkam dengan aktor pengganti, kemudian wajah aktor asli diterapkan di post-produksi.
- Deepfake juga memungkinkan pengambilan gambar yang lebih fleksibel, bahkan jika aktor utama tidak dapat hadir di lokasi syuting karena alasan tertentu.
- Pembuatan Konten yang Lebih Imersif dan Realistis
- Dengan memanfaatkan deepfake, film dan serial dapat menyajikan konten yang lebih realistis, memungkinkan penonton untuk lebih terhubung secara emosional dengan karakter. Deepfake juga dapat digunakan dalam teknologi VR dan AR untuk menciptakan pengalaman menonton yang interaktif dan imersif.
Tantangan dan Kontroversi Penggunaan Deepfake dalam Film
- Masalah Etika dan Hak Cipta
- Penggunaan deepfake pada wajah atau suara aktor yang sudah meninggal tanpa izin dari keluarga atau pewaris sahnya dapat menimbulkan masalah etika. Hal ini berkaitan dengan hak cipta dan moral, di mana kehadiran digital seorang aktor harus dipertimbangkan secara hati-hati agar sesuai dengan izin dari keluarga atau ahli warisnya.
- Selain itu, ada kekhawatiran bahwa deepfake dapat digunakan untuk memanipulasi konten tanpa persetujuan aktor tersebut, misalnya dalam iklan atau proyek yang tidak mereka setujui.
- Risiko Penyalahgunaan Teknologi
- Teknologi deepfake yang awalnya digunakan dalam industri kreatif kini sudah menyebar luas dan sering disalahgunakan, misalnya untuk membuat video palsu yang menyudutkan atau menyebarkan disinformasi.
- Dalam industri film, produsen harus berhati-hati agar teknologi ini tidak disalahgunakan atau keluar dari konteks yang diinginkan, seperti pembuatan konten tidak senonoh atau memfitnah karakter publik.
- Kemungkinan Mengurangi Kebutuhan Akan Pemeran Pengganti
- Deepfake berpotensi mengurangi kebutuhan aktor pengganti atau stunt double, karena wajah aktor utama dapat ditempelkan pada tubuh pemeran pengganti. Hal ini dapat mengurangi peluang kerja bagi aktor pengganti dalam industri film.
- Keaslian dan Ketulusan dalam Akting
- Penggunaan deepfake mungkin menimbulkan tantangan dalam menilai keaslian akting. Penonton mungkin merasa bahwa adegan dengan wajah digital kurang memiliki dampak emosional yang sama dibandingkan dengan akting asli. Ada keprihatinan bahwa deepfake bisa mengurangi nuansa dan ketulusan yang biasanya diperoleh dari penampilan langsung seorang aktor.
Contoh Penggunaan Deepfake dalam Film
Beberapa film telah menggunakan teknologi deepfake atau CGI serupa untuk meningkatkan efek visual dan menciptakan pengalaman menonton yang unik:
- Rogue One: A Star Wars Story: Film ini menggunakan CGI dan deepfake untuk menghadirkan kembali karakter Grand Moff Tarkin, yang diperankan oleh Peter Cushing, aktor yang sudah meninggal. Proses ini memungkinkan penonton melihat karakter tersebut tampil realistis di layar.
- The Irishman: Teknologi ini digunakan untuk mengurangi usia aktor utama di beberapa adegan, dengan menggabungkan CGI dan deepfake untuk mencapai tampilan realistis tanpa menggunakan prostetik yang berat.
- Gemini Man: Film ini menampilkan Will Smith muda dengan menggunakan teknik CGI dan deepfake untuk menciptakan versi muda dari aktor utama yang terlibat dalam adegan aksi bersama dirinya yang berusia lebih tua.
Masa Depan Deepfake dalam Industri Film
Teknologi deepfake diprediksi akan semakin berkembang dalam industri film dan memungkinkan lebih banyak inovasi kreatif. Di masa depan, deepfake dapat:
- Menyederhanakan Proses Produksi Film: Deepfake akan mempermudah proses pengeditan dan produksi, memungkinkan studio film untuk merancang adegan yang lebih kreatif dengan biaya yang lebih efisien.
- Menghadirkan Kolaborasi dengan Aktor yang Telah Meninggal: Dengan izin dari pihak keluarga atau pewaris, deepfake memungkinkan aktor-aktor besar dari masa lalu untuk “bermain” dalam film baru, membuka kemungkinan kolaborasi antara generasi aktor yang berbeda.
- Menjadi Sarana untuk Pelatihan dan Pembelajaran: Teknologi deepfake dapat digunakan untuk mempelajari teknik akting dengan cara menonton adegan yang diperankan oleh aktor legendaris, sehingga memberikan pengalaman belajar yang lebih kaya bagi aktor-aktor muda.
Deepfake telah membuka jalan baru dalam dunia perfilman dengan memungkinkan kreasi karakter dan pengeditan visual yang sebelumnya dianggap mustahil. Meskipun teknologi ini memiliki potensi besar untuk menghadirkan pengalaman sinematik yang lebih kreatif dan imersif, terdapat tantangan etika, hak cipta, dan risiko penyalahgunaan yang harus dikelola dengan bijak. Jika diatur dengan tepat, teknologi deepfake bisa menjadi bagian integral dari perkembangan industri film, memberikan pengalaman menonton yang semakin menarik tanpa mengesampingkan prinsip-prinsip etika yang penting.